Menghabiskan liburan lebaran saya berkesempatan mengunjungi kota Siem Reap. Sebuah kota yang sangat dipenuhi dengan turis dari seluruh dunia. Bahkan saya sempat bertemu dengan seorang mantan tentara Amerika yang mengikuti jaman perang di Vietnam beberapa puluh tahun silam. Hati ini tidak sabar ketika menunggu transit di Ho Chi minh City. Setelah menunggu selama 3 jam akhirnya sayapun melanjutkan perjalanan ke kota Siem Reap.
Sebelumnya saya membayangkan bahwa airportnya yang kecil dan kuno. Akan tetapi jauh berbeda dari pandangan saya. Memang ukurannya kecil akan tetapi didesain dengan sangat bagus dengan arsitek tradisional dan sangat bersih. Saya sangat kagum. Jam menunjukkan pukul 9.30 dan aktivitas di bandara masih saja sangat padat. Banyak sekali terlihat turis dengan mengurus Visa on Arrival. Passport Indonesia saat ini memang tidak memerlukan visa untuk Kamboja. Ada hal yang cukup menggelitik saya ketika melwati imigrasi. Petugas meminta saya uang ketika di imigrasi meskipun tidak ada masalah dengan passpor saya. Dan ternyata beberapa peserta lainnya juga diminta sedikit uang. Wah, terbesit dalam benak saya untung negara kita tidak seperti ini ya... Keluar dari Airport, langsung saja saya menuju ke hotel, suasana kota sangat sepi banyak sekali yang sudah tutup di malam hari terkecuali bar, karaoke dan disco di tengah kota. Menjadikan kota tidak begitu terlihat sibuk di malam hari. Menurut saya seharusnya kota turis seperti ini buka sampai malam hari seperti halnya Kuta Bali dan Ho Chi Minh City Vietnam. Tapi ketika itu saya melihat jam dan memang waktu menunjukkan jam 10. Akan tetapi jam 10 masih banyak sekali kehidupan yang bisa kita temui di Bali atau Ho Chi Minh City.
Tak sabar menunggu pagi segera saya beres-beres dan beranjak tidur. Keesokan harinya yang merupakan hari yang saya tunggu-tunggu. Mengunjungi Angkor Thom, Tha Prom (tempat shooting Tomb Rider) dan Angkor Wat. Semuanya berada dalam satu kompleks besar yang mana kita harus menaikki bus atau becak untuk mengelilingi kompleks. Di Seam Reap sendiri memiliki sekitar 200 candi atau kuil yang diperuntukkan untuk Agama Budha atau Hindu. Segera saya mengeluarkan kamera untuk tidak melewatkan sedikit momenpun. Walaupun cuaca sangat ekstrim yang mana saya bisa terjadi pergantian cuaca dari panas ke dingin hampir 4x sehari, niat untuk berkeliling tetap mengalahkan segalanya.
Yang pertama saya mengunjungi Angkor Thom sebuah kuil besar dan terdapat kuil lagi di dalamnya bernama Bayon. Dibangun oleh Raja Jayavarman 7 di tahun 1181-1220. Kuil Bayon ini sendiri memiliki 54 tugu yang mana setiap tugu terbentuk Budha 4 wajah yang melambangkan 54 propinsi pada jaman kerjaan Khmer dahulu. Sebuah Kuil dengan reruntuhan yang cantik membuatnya menarik bagi para turis untuk mengunjungi dan mengabadikan moment penting.
Setelah itu kami mengunjungi Tha Prom. Sebuah kuil yang sangat cantik dan sangat unik. Juga dibagun oleh Raja Jayavarman 7 yang diperuntukkan bagi Ibundanya tercinta yakni Pratnya Paramitha. Sebuah Kuil cantik yang berdiri di antara pepohonan menjadikan Kuil ini tampak sangat menarik dan angker. Tidak heran apabila film Tomb Rider memilih Kuil tersebut sebagai tempat lokasi syuting. Hampir setiap sisi dari kuil ini tampak sangat menarik. Walaupun udara cukup panas akan tetapi saya dan para turis manca negara yang berasal dari Korea, Singapore, Malaysia, Jepang, Amerika dan Eropa terlihat sedang asik mendengarkan cerita dari para pemandu wisata sambil mengambil foto. Setelah selesai kami kembali ke kota dengan menikmati makan siang.
Setelah makan siang tiba saatnya yang ditunggu-tunggu yakni Angkor Wat. Akan tetapi sangat disayangkan karena buruknya cuaca saya tidak bisa mengabadikan moment tercantik yakni sunset di Angkor Wat. Angkor Wat termasuk yang paling unik karena hanya ada 2 Kuil di Angkor kompleks yang menghadap ke barat dan salah satunya adalah Angkor Wat. Dan juga Angkor Wat dipersembahakan untuk Agama Hindu. Koon katanya tidak banyak yang mengerti kenapa Angkor Wat dibuat menghadap ke barat. Akan tetapi dipercaya bahwa hal ini berarti kematian karena matahari terbenam di barat. Angkor Wat sendiri dibangun pada 1513-1550 oleh Raja Suryavarman 2. Angkor Wat dibangun dikelilingi oleh air yang menjadi simbol laut dan memang dipakai untuk melingdungi kuil. Air yang menglilingi mempunyai panjang 1700 meter dan lebar 1300 meter. Sebuah tempat yang cantik hanya saja sayang saya tidak bisa mengabadikannya dengan sempurna dikarenakan cuaca yang tidak begitu mendukung. Angkor Wat sendiri terdapat 3 lantai. Yang mana lantai pertama hanya dipakai untuk lalu lalang, sedangkan lantai ke 2 untuk Dewa Visnu dan lantai ke 3 diperuntukakan untuk surga. Konon katanya ketika kita melihat pemandangan dari lantai 3 akan terlihat seperti surga. Akan tetapi sangat disayangkan saya tidak dapat naik karena ditutup pada saat itu. Tidak mudah untuk mencapai lantai 3 karena kita harus menaiki tangga 75 derajat.
Setelah seharian penuh mengelilingi Candi, keesokan harinya adalah waktu untuk berbelanja. Sebelumnya saya diajak dulu mengunjungi danau terbesar di Asia tenggara yakni Tonle Sap. Saya sempat berpikir sebesar-besarnya danau seperti apa sih. Ternyata memang sangatlah luas seperti berada di laut lepas yang tidak bisa terlihat ujungnya. pada kedaan normal danai ini luasnya 2700 km persegi. Akan tetapi pada saat hujan luasnya menjadi 16.000 km persegi. Di sana kita diajak mengujungi sebuah desa terapung yang mana dengan kondisi ekonomi yang sangat rendah. Desa terapung ini tergolong sangat besar, yang mana terdapat sekitar 1000 keluarga tinggal di desa tersebut. Bahkan juga terdapat sekolah dan gereja. Sangat disayangkan air di danau tersebut sudah sangat kotor.
Saya mengunjungi Old Market sebuah pasar kecil yang sangat ramai penjual. Terdapat 2 pasar yang berseberangan satu sama lain. Barang yang dijual relatif serupa akan tetapi ketika malam hari tempat ini sangat ramai dengan turis. Banyak yang bisa kita temukan seperti refleksi, pijat, restoran, cafe, toko-toko baju dan tas, serta barang-barang lainnya. Berbicara tentang belanja, hal yang terpenting adalah mata uang. Mata uang Kamboja sendiri adalah Riel dengan kurs 1 USD= +- 4000 Riel. Akan tetapi uang tersebut tidak digunakan, walapun oleh orang lokal. Mereka menggunakan USD sebagai alat pertukaran. Sehingga harga-harga relatif mahal untuk makanan dan minuman. Sedangkan untuk Pakaian harga masih relatif tergolong murah. Makanan yang paling terkenal adalah Amok. Terdapat banyak variasi ada Amok ikan maupun Amok ayam. Yang mana Amok sebuah mankanan yang diolah dengan santan. Rasanya enak dan sangat sesuai dengan lidah orang Indonesia.
No comments:
Post a Comment